Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tangan Istri Ferdy Sambo Ikut Berlu.mur Da.rah? Komnas HAM Sebut Penembak Brigadir J Lebih dari Dua Orang

 

Tangan Istri Ferdy Sambo Ikut Berlumur Darah? Komnas HAM Sebut Penembak Brigadir J Lebih dari Dua OrangB

Tangan Istri Ferdy Sambo Ikut Berlumur Darah? Komnas HAM Sebut Penembak Brigadir J Lebih dari Dua Orang
Ilsutrasi wajah istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. Komnas HAM menduga kika istri Ferdy Sambo akut menembak. (pixabay/@kadivpropam)

SuaraBandung.id – Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik menduga jika yang menghabisi Brigadir J bukan hanya Bharada E dan Ferdy Sambo saja.
 
Taufan yang ikut rekonstruksi dan memerisksa para tersangka menduga jika Brigadir J ditembak oleh lebih dari dua orang.
 
Bahkan, Taufan juga mengatakan, senjata yang dibunakan untuk menembak Brigadir J kemungkinan lebih dari dua.
 
Berikut adalah penjelasan Taufan Damanik tentang dugaan jika tangan istri Ferdy Sambo ikut berdarah dalam kasus kemarian Brigadir J.
 
Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik mengungkap dugaannya soal ada kemungkinan jika yang menembak Brigadir J lebih dari dua orang.
 
Dia mengatakan, selain Bharada E dan Ferdy Sambo, diduga jika Putri Candrawatahi atau Kuat Ma’ruf ikut menembak Brigadir J.
 
Penyidik Polri sejauh ini menduga jika dua orang yang menembak Brigadir J hingga tewas, yakni Bharada E dan Ferdy Sambo.
 
Kasus penembakan di rumah dinas Kadiv Propam Polri di Jalan Duren Tiga, Jakarta Selatan pada 8 Juli 2022, diduga melibatkan dua penembak.
 
Taufan mengatakan kemungkinan tersebut di acara Kompas TV yang langdung dipandu Rosi Silalahi.
 
Bila melihat nama para tersangka yang ada di TKP pembunuhan adalah Ferdy Sambo, Bharada E, Putri Candrawathi, Kuat Ma’ruf dan Bripka RR, maka di antara mereka ada yang ikut menembak.
 
Dari lima nama tersangka yang ada di TKP, Taufan mengatakan, ada kemungkinan Putri Candrawathi, ikut menembak Brigadir J.
 
Taufan juga menyebut nama Kuat Ma’ruf yang bisa diduga ikut menembak Brigadir J.
 
Pernyataan Taufan ini diungkap saat dirinya ada di acara Rosi di Kompas TV dengan tema angkat isu pelecehan Putri Candrawathi, Komnas HAM bela Ferdy Sambo? yang tayang di Kompas TV, Kamis (8/9/20220 malam. 
 
"Sebetulnya kalau dalam konstitusi itu, rancangan pembunuhan (Brigadir J) itu ada di dalam kepala Sambo,” kata Taufan mulai menjawab pertanyaan Rosi. 
 
“Ia (Ferdy Sambo) sebelumnya mendengarkan keterangan istrinya yang mengalami suatu peristiwa pelecehan seksual di Magelang,” jelas Taufan. 
 
Kemudian Ferdy Sambo memanggil anak buahnya, Kuat Ma’ruf,  Bripka Ricky (Bripka RR) dan Richard (Bharada E). 
 
Saat itu, Ricky menolak menembak. Setelah itu Bharada E menjawab mau menjalankan perintah Ferdy Sambi. “Sambo bilang kamu (Bharada E) akan saya lindungi," kata Taufan. 
 
Taufan melihat itu berdasarkan pada rekonstruksi yang sudah dijalani lima tersangka di Saguling dan Duren Tiga.
 
"Ini (penilaiannya) berdasar rekonstruksi ya. Di situ tidak ada cerita tentang uang,” jelas Taufan.
 
Kemudian tentang uang, kata Taufan baru dibahas setelah kejadian. “(Setelah penembakan) itu baru cerita tentang uang," ujar Taufan. 
 
"Dari Sambo (mantan Kadiv Propam Polri) perancangannya,” ucap Taufan. 
 
Kemudian Ferdy Sambo juga sudah mengakui semuanya pada Komnas HAM.
 
“Kepada Komnas HAM ia (Ferdy Sambo) juga mengakui, bahwa ia otak pembunuhan itu," kata Taufan. 
 
Perencanaan pembunuhan Brigadir J dilakukan di lantai 3 di rumah Saguling.
 
Saat itu dilakukan rapat kecil antara Ferdy Sambo dan istrinya, Putri Candrawathi.
 
Kemudian di sana juga ada Bripka RR dan Kuat Maruf yang kesemuanya kini menjadi tersangka. 
 
Taufan mengatakan, dalam rangkaian peristiwa itu, mendengar jika istri Ferdy Sambo menjadi korban pelecehan seksual.
 
Meski begitu, istri Ferdy Sambo ini dianggap atau ikut terlibat dalam merencanakan pembunuhan Brigadir J bersama empat tersangka lainnya. 
 
"Ya benar (istri Ferdy Sambo), karenanya oleh penyidik PC sekarang dikenakan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana,” kata Taufan.
 
Dia mengatakan jika hal tersebut adalah hak penyidik. “Dan tentu saja kita tidak campuri," ujarnya. 
 
Setelah itu, Rosi menanyakan mengapa di banyak kesempatan Taufan mencurigai jika Brigadir J bisa saja ditembak secara bertubi tubi. 
 
Saat rekonstruksi, terdapat dua versi. Pertama, Ferdy Sambo mengaku tidak ikut menembak Brigadir J.
 
Sementara Bharada E mengatakan menyaksikan Ferdy Sambo melihat menembak Brigadir J. "FS (Ferdy Sambo) mengaku tidak ikut menembak,” kata Taufan.
 
Akan tetapi, Taufan menemukan bukti-bukti dari autopsi maupun autopsi ulang, serta uji balistik, menemukan bahwa jenis peluru yang ditembakkan ke Brigadir J bukan satu.
 
"Itu (penembakan ke Brigadir J) tidak mungkin dari satu senjata api. Tapi, pasti lebih dari satu senjata," kata Taufan. 
 
Kemudian Rosi menanyakan, apakah penembak Brigadir J bisa oleh dua senjata. "Bisa jadi lebih dari dua senjata (untuk menembak Brigadir J)?," tanya Rosi. 
 
"Bisa juga (ditembak oleh lebih dua senjata). Makanya saya munculkan juga misalnya kemungkinan ada pihak ketiga yang menembak," katanya. 
 
Taufan mengatakan jika Komnas HAM ingin penyidik mendalami kemungkinan ada pihak ketiga yang melakukan penembakan itu.
 
“ Kuat dugaan iya, tapi saya belum bisa memastikan siapa ya. Pasti satu diantara yang ada di situ. Termasuk Ibu Putri, atau bisa juga Kuwat," katanya. 
 
Atas penilaiannya itu, Taufan berharap penyidik Polri bisa mendalami lebih jauh, dengan harapan bisa menemukan alat bukti yang bisa diyakini semua pihak. 
 
"Saya katakan juga berkali-kali. Saya belum begitu meyakini konstruksi peristiwa yang dibuat oleh penyidik sekarang,” katanya.
 
Dia mengatakan, semua tergantung dari keterangan demi keterangan. 
 
“Mestinya ITU didukung alat bukti lain untuk memastikan peristiwa yang terjadi sebenarnya," kata Taufan. 
 
Taufan menyarankan Penyidik Polri mendalami dan tidak terbatas pada keterangan semata-mata. 
 
"Sehingga tidak bisa terjadi katakanlah kekeliruan. Sebab ni penting sekali," kata Taufan.
 
"Jadi menurut Anda (pada Taufan) terbuka peluang Bu Putri ikut menembak?" kata Rosi bertanya. 
 
"Ya, terbuka peluang. Bisa juga Kuat Ma’ruf. Kan mereka ada di situ, makanya saya kira alat bukti itu penting," kata Taufan menjabarkan.